Sabtu, 09 Januari 2016

Teknik Supervisi Individual

TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL





MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Supervisi Pendidikan
yang dibina oleh Ibu Dr. Mustiningsih, M.Pd





Oleh
Ahmad Tohirin
140131603214
Amalia Rosidah
140131604129
Hilda Novia Utomo
140131604109
Isnaini Afrita Sari
140131602306
Widyaning Rahmawati
140131603824










 UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Januari 2015









BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Teknik Supervisi
Teknik supervisi sangat menentukan sukses atau tidaknya pelaksanaan supervisi. Teknik supervisi inilah yang dipratekkan oleh supervisor di lapangan. Teknik supervisi ini bersifat rasional-empiris-temporer. Artinya teknik supervisi membutuhkan pembaharuan, perubahan, dan penyempurnaan secara terus-menerus sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Tidak ada finalisasi teknik karena ia berangkat dari kajian realitas yang bisa terus dikembangkan. Disinilah peran supervisor untuk mengembangkan teknik supervisi dengan banyak melakukan kajian, eksperimentasi, dan generalisasi.  

B.  Macam-macam Teknik Supervisi Individual

1. Kunjungan Kelas (Class Visit)
Beberapa ahli menyebutkan pengertian kunjungan kelas sebagai berikut :
a.    Menurut Rifai (1984: 131) kunjungan kelas (observasi kegiatan belajar-mengajar) merupakan cara pengawasan, pemeriksaan dan inspeksi yang sudah sejak lama dilakukan, jauh sebelum istilah supervisi digunakan.
b.    Menurut Purwanto (2006: 120) kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor (Kepala Sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar.
c.    Menurut Prasojo (2011: 102) kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh Kepala Sekolah untuk mengamati proses pembelajaran di kelas, dengan tujuan menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.
d.   Menurut Sahertian ( 1981: 45) kunjungan kelas adalah seorang Pembina atau Kepala Sekolah dating ke kelas dimana guru sedang mengajar, ia mengadakan peninjauan terhadap suasana belajar di kelas itu.


Sebagai alat supervisi, kunjungan kelas dapat dipakai untuk memenuhi berbagai fungsi supervisi. Kunjungan dapat kita lakukan dalam rangka; inspeksi, untuk melihat sampai di mana ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dilaksanakan oleh guru; sebagai penelitian, untuk mengumpulkan data lebih banyak dan obyektif lagi; sebagai latihan, untuk membina kemampuan dan ketrampilan guru dan sebagai evaluasi, untuk melihat sampai dimana kemajuan yang telah diperoleh guru.
Jadi banyak maksud yang dapat kita capai dengan kunjungan kelas, bukan hanya menilai kemampuan guru mengajar saja atau membuat guru untuk kenaikan pangkatnya saja, seperti lazimnya kunjungan kelas dilakukan oleh pihak yang belum menyadari fungsi supervisi.

a.    Tujuan Kunjungan Kelas
Tujuan mengadakan kunjungan kelas secara umum adalah untuk melihat bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didakis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain, untuk mellihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki (Purwanto, 2006: 120).
Menurut Burhanudin dkk (2007: 119), kunjungan kelas juga bertujuan agar pengawas atau Kepala Sekolah dapat :
1)   Mempelajari kekuatan dan kelemahan pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk pengembangan dan pembinaan lebih lanjut.
2)   Mengidentifikasi kendala yang dihadapi sewaktu melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran
3)   Secara langsung mengetahui keperluan guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang efektif
4)   Memperoleh sejumlah informasi untuk menyusun program pembinaan professional secara terinci.
5)   Menumbuhkan sikap percaya diri guru untuk berbuat dan melaksanakan pembalajaran yang lebih baik.

Sedangkan menurut Rifai (1984: 133), tujuan diadakannya kunjungan kelas ialah:
1)   Untuk mengetahui tingkah-laku guru dalam situasi belajar-mengajar dengan murid-muridnya, bukan saja dilihat dari penerapan prinsip-prinsip PBM (proses belajar-mengajar), tetapi juga dalam rangka pembandingan dengan guru-guru lain. Dengan demikian supervisor/Kepala Sekolah dapat mengenal tiap gurunya lebih baik.
2)   Untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan bantuan dan peningkatan.
3)   Untuk mendorong guru-guru agar mereka lebih giat berusaha meningkatkan diri. Kemampuan mengajar dapat di tingkatkan dengan kritik dan pertukaran fikiran. Kunjungan kelas member banyak kesempatan untuk mengemukakan kritik membangun.
4)   Untuk memperoleh informasi/data yang dapat digunakan dalam penyusunan program supervisi. Setiap usaha yang direncanakan dulu dan disusun programnya, dapat lebih berhasil. Usaha supervisi pun jika disusun programnya secara jelas dan terperinci, dapat lebih efektif dan lebih tinggi hasilnya. Kunjungan kelas dapat memberikan data untuk menyusun program itu.
5)   Untuk menimbulkan pengertian dan kepercayaan pada guru terhadapa program supervisi. Dengan sering mendapat kunjungan, para guru akan lebih menyadari fungsi supervisi sebagai usaha membantu meningkatkan kemampuan mereka.

b.   Jenis-Jenis Kunjungan Kelas
Menurut Rifai (1984: 134) jenis kunjungan kelas dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1)   Kunjungan kelas yang dipersiapkan terlebih dahulu, yang dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub-jenis:
a)    Direncanakan oleh Kepala Sekolah dan diberitahukan kepada guru yang bersangkutan (yang dengan sendirinya mempersiapkan diri juga)
b)   Direncanakan oleh guru yang mengundang Kepala Sekolah untuk mengadakan class visit
c)    Direncanakan hanya oleh Kepala Sekolah, tanpa pemberitahuan kepada guru, karena kunjungan itu akan diadakan dalam rangka inspeksi.
2)   Kunjungan kelas tanpa perencanaan/persiapan, dan mempunyai maksud bermacam-macam, antara lain:
a)    Sebagai usaha mempererat hubungan antara Kepala Sekolah dengan gurunya. Dengan sering didatangi, guru menjadi biasa dan tidak akan menganggap kedatangan Kepala Sekolah ke dalam kelasnya  hal yang perlu dirisaukan.
b)   Sebagai pemeriksaan mendadak berhubungan dengan suatu kasus yang perlu ditangani, atau berdasarkan instruksi tiba-tiba dari atas.
3)   Guru mengundang Kepala Sekolah atau pengawas untuk mengadakan kunjungan.

Berikut adalah sisi negative dan positif dari berbagai jenis kunjungan kelas menurut Sahertian (1981 : 46) yaitu :
1)   Kunjungan tanpa diberitahukan sebelumnya (unannounced visitation)
Segi positif: Supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga ia dapat menentukan bantuan apakah yang diperlukan oleh guru tersebut. Bagi guru, kunjungan secara tiba-tiba merupakan suatu latihan dalam melaksanakan tugas mengajar, agar setiap guru mempersiapkan diri. Suasana belajar ini berpengaruh terhadap suasana belajar anak secara wajar pula.
Segi negatif: Biasanya supervisor yang datang secara tiba-tiba dapat mengakibatkan guru menjadi bingung karena ia berprasangka bahwa pekerjaannya akan dinilai, juga bagi guru-guru yang kurang senang dikunjungi akan beranggapan bahwa supervisor datang untuk kesalahan saja, sehingga mengakibatkan timbulnya hubungan yang kurang baik antara guru dan supervisor.
2)   Kunjungan dengan pemberitahuan (announced visitation)
Segi positif: Adanya pembagian waktu yang merata bagi pelaksanaan supervisi terhadap semua guru yang memerlukannya. Dengan demikian akan tercapai efisiensi kerja dan meningkatkan proses belajar dan mengajar.
Segi negatif: Ada kemungkinan pengurangan kesempatan bagi guru-guru yang lebih banyak membutuhkan supervisi. Keterbatasan waktu yang ditentukan itu menekan guru yang bersangkutan harus menunggu giliran berikutnya.
Contoh table kunjungan kelas yang direncanakan oleh pengawas atau penilik :
SEKOLAH
Tanggal Kunjungan Sekolah
Kelas I
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
Kelas V
SD Diponegoro
5 April
6 April
8 April
9 April
10 April
SD Brawijaya
18 April
19 April
20 April
21 April
22 April
SD Majapahit
25 April
26 April
27 April
29 April
30 April
SD Sarangan
5 Mei
6 Mei
8 Mei
11 Mei
12 Mei
Tabel 2.1 Kunjungan Kelas

3)   Kunjungan atas dasar undangan guru (visit upon invitation)
Segi positif: Supervisor dapat memperoleh pengalaman belajar mengajar yang mungkin ia sendiri belum memilikinya. Bagi guru, sudah tentu akan memperoleh pertolongan yang lebih banyak sehingga dengan demikian ia dapat menilai cara mengajarnya sendiri. Demiian pula terhadap guru yang kurang mampu, akan memperoleh tambahan pengalaman jabatan sebanyak mungkin sehingga memungkinkan tercapainya hubungan yang harmonis antara guru dan supervisor.
Segi negatif: Ada kemungkinan terjadi manipulasi tingkah laku dari pihak guru-guru dengan membuat suasana yang dibuat-buat, misalnya pada saat itu segala sesuatu di dalan kelas dipersiapkan sebaik-baiknya, padahal dilain waktu keadaan tidak seperti pada saat dikunjunginya. Ketidakwajaran ini menimbulkan kesukaran untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Situasi demikian memungkinkan pengaruh negatif terhadap suasana belajar murid-murid.

c.    Kriteria Kunjungan Kelas
Menurut Prasojo (2011: 103) dan Burhanudin, dkk (2007:120), kunjungan kelas menggunakan enam kriteria, yaitu:
1)   Memiliki tujuan-tujuan tertentu yang jelas, yang dipahami baik oleh Pembina maupun guru.
2)   Mampu mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan professional guru.
3)   Menggunakan lembar pengamatan yang aspek-aspeknya disesuaikan dengan tujuan pembinaan.
4)   Mendorong interaksi antara Pembina dengan yang dibina sehingga terbentuk sikap saling mengenal dan memahami keinginan, kemampuan permasalahan masing-masing.
5)   Memperbaiki kualitas proses belajar mengajar dengan tidak menggangu kegiatan pembelajaran.
6)   Pelaksanaannya diikut dengan program tindak lanjut.

d.   Tujuan Kunjungan Kelas (Intervisitation)
1)   Untuk mengetahui praktek pelaksanaan dan penampilan guru masing-masing, dengan mengingat prinsip prinsip edukatif dan didaktis.
2)   Untuk mengetahui kelebihan dan kemampuan khusus yang dimiliki guru masing-masing.
3)   Untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan para guru.
4)   Untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan oleh supervisor dalam penyusunan rencana supervisinya.
5)   Untuk mendorong dan merangsang guru-guru agar mereka mau berusaha bekerja lebih baik dan meningkatkan kemampuannya.
6)   Untuk mengetahui sampai dimana para guru telah berusaha menerapkan saran saran yang telah diberikan.
7)   Untuk menimbulkan sikap percaya pada para guru terhadap maksud kunjungan kelas dan terhadap tujuan tujuan supervisi.
8)   Untuk menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan di antara para guru.
9)   Untuk memperoleh data yang diperlukan bagi tindakan tindakan administratif.

e.    Penghambat Pelaksanaan Kunjungan Kelas
Ada beberapa faktor penghambat yang menyebabkan tidak terlaksananya kunjungan kelas itu secara teratur seperti yang diharapkan. Beberapa di antara faktor faktor penghambat itu adalah sebagai berikut:
1)   Lingkungan yang tidak bersifat mendukung terhadap kepala sekolah yang banyak menggunakan waktunya untuk kunungn kelas.
2)   Sikap para guru yang kurang menyenangi kepala sekolah yang terlalu banyak “mencampuri urusan pribadi guru”.
3)   Kurangnya waktu kunjungan kepala sekolah karena kesibukan tugas tugas administratif.
f.    Proses Kunjungan Kelas
Daryanto (2001) dalam blog Dewi mengemukakan bahwa dalam mengadakan kunjungan kelas itu kita hendaknya bekerja menurut proses yang teratur, yaitu:
1)   Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilakukan bersama-sama secara demokratis oleh Kepala Sekolah dengan guru ke;as yang akan dikunjungi, berdasarkan kesulitan-kesulitan yang telah dialami bersama, apa yang akan di observasi serta kapan waktu yang sebaik-baiknya.
2)   Pelaksanaan
Observasi dilakukan se-informal mungkin dengan selalu memperhatikan prestise guru dalam kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak banyak interupsi, dan hanya memberikan demokrasi jika diminta.
3)   Penganalisisan
Kegiatan ini dilakukan sesudah observasi. Observasi bersama-sama oleh Kepala Sekolah dan guru yang diobservasi, ditempat yang aman dan tentram, untuk membicarakan hasil-hasil observasi itu dan mencari segi-segi kelebihan dan kekurangannya.
4)   Kesimpulan dan Penilaian
Kesimpulan sebagai penilaian terakhir dilakukan juga secara kooperatif, dengan disadari dan disetujui sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan tidak boleh merupakan pendapat pihak lain. Berdasarkan kesimpulan bersama itu dicarilah bersama pula cara-cara untuk mengadakan perbaikan. Kepala Sekolah mengemukakan saran-saran, bukan instruksi-instruksi. Yang penting dalam kegiatan class-visit ini ialah sikap Kepala Sekolah pada waktu mengadakan observasi, dan sikapnya pada waktu berhadapan dengan guru tersebut setelah observasi selesai.
Sikap dalam musyawarah atau personel conference inilah yang akan menentukan hubungan selanjutnya sebagai supervisor dengan anggota kelompoknya. Dalam pertemuan ini pimpinan hendaknya jangan bersiakp seperti seorang hakim atau jaksa yang mengadili atau menuduh, akan tetapi merupakan seorang teman yang mempunyai penuh perhatian dan pengertian terhadap kesulitan-kesulitan temannya.


2.    Observasi Kelas (Class Room Observation)
Obsevasi adalah salah satu cara mengumpulkan data dalam metodologi penelitian. Observasi kelas adalah pengamatan langsung terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung  di kelas. Observasi kelas bisa dilakukan saat kunjungan kelas.
a.    Jenis Observasi
1)   Observasi langsung (directed observation)
a)    Seorang guru yang sedang mengajar diobservasi langsung oleh supervisor.
b)   Ia berada di antara dan bersama-sama dalam kelas.
2)   Observasi tidak langsung (indirect observation)
Orang yang mengobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya.
b.    Bentuk peran observasi
1)   Participant observation : jika peniliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari yang diamati.
2)   Non Participant observation : jika peneliti tidak beperan serta dengan aktivitas orang-orang yangs edang diamati, ia hanya sebagai pengamat independen.
c.    Tujuan Observasi
1)   Untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha memperbaiki situasi belajar mengajar
2)   Bagi guru sendiri data yang dianalisa akan dapat membantu untuk merubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.
3)   Bagi murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.
d.   Hal-hal yang perlu diobservasi
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka supervisor harus mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi. Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain:
1)   Usaha seta kegiatan guru dan murid.
2)   Usaha dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat pelajaran.
3)   Usaha dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalaman belajar.
4)   Lingkungan sosial, fisik sekolah baik di dalam maupun di luar kelas dan faktor penunjang lainnya.
e.    Syarat untuk memperoleh data dalam observasi
Bergantung dari sikap dan cara si pengamat sewaktu mengadakan observasi, antara lain:
1)   Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas) mengambil tempat di dalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri  guru yang sedang  mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan menimbulkan prasangka dari pihak guru.
2)   Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
3)   Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
4)   Memperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid saat proses belajar.
f.     Kriteria yang dipakai dalam observasi
1)   Bersifat objektif bahwa segala sesuatu yang dicatat adalah data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
2)   Apa yang dicatat harus dapat mengenai sasaran seperti apa yang dimaksud, karena sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya tetapi apa yang dipikirkan. Data yang seperti itu menjadi data yang tidak valid (tidak tepat).
3)   Data yang dicatat haruslah data yang dilihat karena data dari catatan itu akan “berkata” dan memberikan kecenderungan tafsiran terhadap situasi belajar dan mengajar.
g.    Alat yang digunakan dalam observasi
Observasi memiliki beberapa alat yang digunakan untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar. Alat observasi tersebut terdiri dari beberapa komponen seperti.
1)   Check-List
Menurut Sahertian (2008: 58), check-list adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar di dalam kelas. Check-list berupa suatu daftar yang berisi item-item yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu, dan si penjawab hanya tinggal mengecek tiap item tersebut.
Check-list dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
·      Evaluative Check-list adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan merupakan standar beserta skala penilainnya. Contoh : pertanyaan tentang keaktifan antara guru dan siswa, perhatian siswa waktu guru memberikan pelajaran. Susunan Evaluative Check-list ini dapat berupa pertanyaan yang dijawab dengan kata “ya” atau “tidak”.
·      Activity Check-list adalah suatu daftar kegiatan yang dijawab oleh si penjawab dengan cara mengecek. Daftar tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan yang biasanya dicek dengan memakai skala “ya atau “tidak”.

Tujuan dari check-list ini adalah agar guru dapat menilai dirinya sendiri dalam hal:
Ø Mengenal prosedur pengembangan sistem instruksional  (PPSI).
Ø Menerapkan PPSI melalui model satuan belajar.
Ø Melihat dengan jelas komponen-komponen dalam sistem belajar mengajar. 
2)   Factual Record
Menurut Sahertian (2008: 68) factual record adalah suatu catatan yang didasarkan pada kenyataan yang ada. Catatan-catatan itu hanya bersifat melengkapi sebagian dari apa yang telah dilakukan dalam observasi. factual record juga dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu.
·      Attention chart : suatu daftar yang berbentuk gambar atau kode-kode untuk mencatat status siswa yang memperhatikan apa yang diajarkan guru. Perhatian itu dapat diukur dari partisipasinya dalam mengajukan pertanyaan.
·      Participation chart : suatu daftar yang digunakan untuk mencatat partispasi siswa di dalam kelas. Dnegan daftar tersebut kita dapat melihat dan menyelidiki reaksi-reaksi siswa, seperti berapa kali seoramg siswa berpartisipasi dengan teman-temannya, ia diam atau aktif, dan sebagainya.

3.    Percakapan Pribadi (Individual Conference)

a.    Konsep Dasar Percakapan Pribadi
Percakapan pribadi atau Individual conference antara seorang supervisor dengan seorang guru atau antara kepala sekolah dengan guru. Dalam percakapan itu, keduanya berusaha berjumpa dalam pengertian tentang mengajar yang baik serta bertukar pikiran. Yang dipercakapkan adalah usaha-usaha untuk memecahakan problema yang dihadapi oleh guru. Pertemuan tersebut biasanya bersifat informal, dan berlangsung dalam waktu yang cukup memadai supaya pengumpulan informasi lebih lengkap dan rinci, pertemuan ini dapat dilakukan sebelum atau sesudah kunjungan kelas. Dengan situasi seperti ini, guru dan pembinanya mungkin menyadari bahwa perbaikan pengajaran merupakan tanggung jawab bersama sehingga memungkinkan terwujudnya iklim kondusif untuk bersama-sama menggali dan menemukan masalah dan cara pemecahanya. Beberapa kemungkinan pertemuan yang mungkin terjadi, adanya pertemuan pribadi yang dilakukan sebelum kunjungan kelas dilakukan hal ini dimaksudkan untuk membicarakan aspek-aspek kegiatan pembelajaran yang menjadi pusat pengamatan, kedua jika pelaksanaan dilakukan setelah kunjungan pribadi , hal ini untuk menganalisis aspek kekuatan dan kelemahan pembelajaran. Informasi yang disampaikan supervisor merupakan umpan balik bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kegiatan belajar siswa. Ada beberapa guru sendiri yang ingin melakukan individual conference untuk berkonsultasi masalah KBM( Kegiatan Belajar Mengajar).
Adam dan Dickey(1981: 70) mengatakan “bahwa salah satu alat yang penting dalam supervisi adalah individual-conference sebab dalam individual conference seorang supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan masalah pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional problems)misalnya : Pemilihan dan pemakaian alat-alat pelajaran tentang penentuan dan penggunaan metode mengajar dan sebagainya dalam percakapan pribadi”. Kegiatan supervisi ini hendaknya dilakukan oleh supervisor yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.

b.   Tujuan Percakapan Pribadi
1)   Terutama sekali untuk memberikan kemungkinann pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
2)   Memupuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
3)   Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya disekolah.
4)   Menghilangkan dan menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.

c.    Jenis-jenis Percakapan Pribadi
Jenis-jenis percakapan pribadi menurut George Kyte ada dua jenis percakpan melalui kunjungan kelas:
1) Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas(formal) maksudnya setelah supervisor mengadakan kunjungan kelas, sewaktu guru mengadakan tugas mengajar,dimana supervisor membuat catatan-catatan tentang segenap aktivitas guru dalam mengajar. Kemudian ataas permufakatan bersama-sama akan mengadakan individual conference, untuk membicarakan hasil kunjungan tersebut.
2) Percakapan pribadi melalui percakpaan biasa sehari-hari (Informal). Dalam percakapan atau ramah tamah sehari-hari dikemukakan sesuatu problema kepada supervisor atau sebaliknya. Misalnya, sebelum sekolah mulai,  sebelum mengajar,  waktu istirahat atau sesudah mengajar. Dalam hal ini, supervisor secara tak langsung mengemukakan atau menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan pengajaran yang dibina oleh guru yang bersangkutan. Ada juga pembagian yang lain sperti yang dikemukakan oleh Mildred E. Swearingen:
a) Classroom Conference yaitu percakapan pada saat murid-murid tidak ada di kelas, misalnya pada waktu murid-murid beristirahat atau mereka sudah pulang, jadi pelaksanaanya dalam kelas.
b) Office Conference yaitu percakapan yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, dimana lingkungan phisiknya penuh dengan alat-alat pelajaran yang cukup. Misalnya ada gambar-gambar untuk menjelaskan sesuatu, data hasil penyelidikan dan lain-lain. Dalam ruang itu terdapat suasana yang tenang dan menyenangkan (privacy)
c) Causal Conference yaitu percakapan yang dilaksanakan secara kebetulan, yang tidak diharapkan misalnya supervisor kebetulan bertemu dengan seorang guru yang baru selesai mengajar sambil berjalan, guru mengemukakan suatu problema yang dialami dan terjadilah percakapan sambil mereka berjalan menuju ke ruang kepala sekolah.
Contoh  yang lain: sambil berjalan pulang kerumah, supervisor bersama-sama guru bercakpa-cakap tentang suatu problema yang dihadapi guru. Sering, pembicaraan itu begitu serius, sehingga percakapan itu terjadi sepanjang jalan dan tidak selesai. Sering percakapan itu bermanfaat dan memebawa kepuasan bagi guru(bandingkan dengan pembagian kyte), Swearingen menyebut percakapan pribadi setelah perkunjungan itu dengan istilah observational visit.

d)   Observational Visitation yaitu seorang supervisor mengunjungi kelas dimana guru sedang mengajar.dalam perkunjungan, ia mengobservasi kegitan-kegiatan kelas selama pelajaran berlangsung. Hasil observasi itu kemudian dibicarakan bersama-sama guru yang bersangkutan.
d.   Pelaksanaan Percakapan Pribadi
Yang dipentingkan dalam percakapan tersebut adalah perbaikan pengajaran seperti telah dikatakan di dalam persiapan bahwa supervisor harius membuat catatan dalam obrolan observasi. Karena langkah pertama percakapan pribadi adalah membicarakan tentang segala sesuatu yang penting dalam catatan tersebut. Sudah barang tentu bahan-bahan observasi itu harus dimulai dengan analisa supervisor lebih dahulu sebelum percakapan dimulai. Dalam hubungan ini kyte mengemukakan tiga unsur penting yang diperhitungkan supervisor sehingga terjadi suatu perjumpaan yang bermakna dalam menganalisa pengajaran yang telah diobservasi ketiga unsur itu oleh kyte disebut:
1)   Hal-hal yang menonjol dalam pelajaran(Strong of the lesson).
Membicarakan ataua mengemukakan segala aapa yang dilaksanakan guru dengan baik, sewaktu mengajar di kelas jadi supervisor bersifat konstruktif dalam mengemukakan segi-segi positif dari guruitu. Hal ini perlu, sebeb mempunyai pengaruh yang besar sekali terutama untuk menciptakan suasana percakapan yang dikehendaki; guru akan merasa bangga ,merasa diakui dan dihargai. Dan pengaruh selanjutnya akan timbul usaha kea rah ynag lebih baik.
2)   Kekurangan-kekurangan dari pelajaran (Weak points of the lesson).
Membicarakan tentang segala kelemahan guru dalam mengajar dikelasnya. Dalam hal ini sangat diharapkan sikap creative tentang cara bagaimana supervisor mendekati masalah yang dihadapi guru, tanpa mengemukakan kelemahan-kelemahan guru tersebut, tapi sebaiknya secara bersama-sama menyelidiki bagaimana seharusnya memeperbaiki.


3)   Hal-hal yang masih meragukan(Doubtful points not clearly understood).
Membicarakan sesuatu yang masih keragu-raguan atau kurang dimengerti dengan baik oleh guru maupun supervisor. Saat ini sering pula pendekatan yang sehat dan bermanfaat membangun. Hal ini mempunyai pengaruh positif bagi guru maupun supervisor. Secara langsung dilatih oleh supervisor dalam menyatukan dan mempertahankan pendapatnya serta menghilangkan rasa takut, tidak bebas, dan sebagainya.

4.    Kunjungan Antar Kelas
Menurut Sahertian  (1981, 76) menjelaskan arti dari Intervisitation ialah saling mengunjungi antara rekan guru yang satu kepada yang lain yang sedang mengajar.
   Kunjungan antar kelas (Intervisitation) dalam satu sekolah atau kunjungan antar sekolah sejenis merupakan suatu kegiatan yang terutama saling menukarkan pengalaman sesama guru tentang usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. Teknik ini biasanya dilakukan oleh sekolah-sekolah/guru-guru yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa orang untuk mengunjungi sekolah-sekolah/guru-guru yang ternama dan maju dalam pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai sekolah tersebut maju.
Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk belajar atas keunggulan dan kelebihan berdasarkan pengalaman masing-masing dan untuk memperbaiki standarnya dengan prinsip ingin menjadi yang lebih baik. Teknik ini hampir sama dengan demonstrasi dan observasi. Bedanya terletak pada tujuan. Pada “demonstrasi” dengan sengaja memberi contoh untuk dipelajari. Sedang pada “intervisitation” guru yang mengajar tidak sengaja merencanakan maksud observasi. Tetapi hal itu terjadi secara wajar dan biasa. Biasanya “intervisitation” diikuti dengan berbincang-bincang dan saling menukar pengalaman.
Menurut Sahertian, Nilai visitasi bertambah jika diikuti dengan musyawarah, antara pengunjung dan yang dikunjungi untuk mendiskusikan, menganalisis prosedur teknik yang baru dilihat. Dalam diskusi itu ada kemungkinan timbul Tanya jawab terhadap masalah-masalah yang kurang jelas. Dengan demikian masing-masing merasa ada perubahan dan mengalami pertumbuhan.
a.    Kebaikan-kebaikan kunjungan kelas (intervisitation)
Adapun kebaikan-kebaikan dalam intervisitation, yaitu:
1)   Memberi kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran.
2)   Membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan tentang teknik dan metode mengajar serta berguna bagi guru-guru yang menghadapi kesulitan tertentu dalam mengajar.
3)   Memberi motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar.
4)   Sifat bawahan terhadap pemimpin seperti halnya supervisor dan guru tidak ada sama sekali, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian sesuatu persoalan yang bersifat musyawarah.
b.   Jenis-Jenis Kunjungan Kelas
1)   Supervisor mengarahkan dan menyarankan kepada guru untuk melihat rekan-rekan guru yang lain mengajar. Guru yang ditunjuk adalah guru yang memiliki keterampilan dan keahlian dalam mengajar.
2)   Kepala sekolah mengajukan agar guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau sekolah lain.
c.    Prinsip-prinsip Intervisitation
Menurut Hariwung (1989: 152), menyebutkan beberapa prinsip kunjungan kelas, yaitu:
1) Pemilihan obyek yang dikunjungi dapat memperkaya pengalaman tentang proses belajar-mengajar.
2) Kunjungan harus berencana dan sistematis
3) Hubungan kerjasama dan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus diciptakan dengan sebaik-baiknya.
4) Terdapat guru atau guru-guru yang berkeinginan untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya.

5.    Menilai Diri Sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru (Sutton, 1989). Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid (House, 1973). Semua ini akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya (DeRoche, 1985; Daresh, 1989; Synder & Anderson, 1986). Menilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik karena selama ini guru hanya menilai murid-muridnya. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain sebagai berikut:
a.    Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.
b.    Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c.    Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.
Menilai diri sendiri memang cenderung subjektif, namun bisa membawa kesadaran pribadi yang kuat. Kesadaran pribadi inilah target dari penilaian terhadap diri sendiri. Kesadaran ini akan membangkitkan semangat berkarier dan berprestasi lebih tinggi untuk meningkatkan kualitas diri dan anak didik.
a.    Prinsip-Prinsip
1)   Harus ada kepastian tentang kesempatan dan situasi yang mendorong individu untuk mengadakan perbaikan.
2)   Evaluasi dan perbaikan pada dasarnya bertolak dari diri sendiri.
b.   Tujuan
1)   Menumbuhkan keberanian dan kepercayaan pada diri sendiri untuk memikul tanggung jawab secara mandiri (built in control) dalam tugas dan perbaikannya.
2)   menuntut, bahwa guru secara individual sudah memiliki kesadaran profesional tinggi. Ini berarti, bahwa ia sudah memiliki keberanian untuk mengakui adanya kelemahan-kelemahan pribadi yang harus di atasi.
3)   Agar guru memiliki pandangan luas tentang kemampuannya yang memungkinkannya mengukur, menganalisis dan mengevaluasi secara obyektif tugas-tugasnya serta berusaha menemukan pemecahannya, baik atas prakarsa sendiri maupun dengan bantuan supervisor.
c.    Penjelasan
Pada satu sisi, mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri amat sukar. Namun pada sisi lain, dalam kehidupan sehari-hari, secara sadar ataupun tidak, seseorang melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Seseorang yang sedang berpakaian, menilai kepantasan pakaian yang akan dipakainya. Penilaian terhadap diri sendiri bertolak dari kewajaran yang didorong oleh kebutuhan untuk berharga dan terus maju sebagai bagian terdalam dari kepribadian manusia. Konsep tantang diri sendiri (self concept) memegang peranan penting. Sebaliknya, ada saatnya orang tidak menyukai penilaian orang lain terhadap dirinya.
Apabila penilaian terhadap diri sendiri diadakan berdasarkan tuntutan dari luar dan dilakukan secara sistematis, maka seseorang akan menjumpai kesukaran-kesukaran. Hasilnya mungkin tidak obyektif lagi. Karena itu, terdapat kemungkinan orang berpendapat bahwa penilaian diri sendiri tidak akan disetujui. Keberatan seperti dimaksud dapat difahami. Namun harus pula diterima kenyataan, bahwa pada dasarnya evaluasi oleh orang lain memiliki segi-segi kelemahan, yang tidak menjamin obyektivitasnya, dan pada akhirnya untuk menentukan pelaksanaan hasil penilaian dikembalikan kepada subyek yang dinilai. Dalam hubungan ini dikatakan oleh Raymond H. Harrison dalam bukunya “Supervisory Leadership in Education” sebagai berikut: “…evaluasi diri sendiri adalah suatu bagian yang sangat perlu dari evaluasi yang efektif, dengan tujuan utamanya adalah perbaikan secara langsung terhadap pengajaran.” (20:269)
Untuk itu supervisor perlu memberikan dorongan dan kesempatan kepada guru-guru supaya mereka memiliki keberanian mengadakan evaluasi terhadap pekerjaannya sendiri. Supervisor dapat membantu dalam penyusunan instrumen yang dibutuhkan atau memperlengkapinya dengan instrumen yang tersedia.
                                                                        










BAB III
PENUTUP

B.  Kesimpulan
C.  Saran























DAFTAR RUJUKAN

Asmani, J.M. 20. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah.

Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan Dan Pengajaran. Malang: FIP UM.

Maryono. 2011. Dasar-dasar & Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Pamikat, L. 2014. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan, (Online), (https://nenglyla.wordpress.com/tag/teknik/), Diakses 20 Februari 2015.

Purwanto, N. 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdyakarya.

Prasojo & Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media.

Rifai, M. 1984. Administrasi Pendidikan. Bandung: Jemmars.

Sahertian, P.A. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usana Offset Printing.

Sasnito, T. 2008. Metode dan Teknik Supervisi, (Online), (https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com/2010/06/06-kode-02-b1-a-metode-dan-teknik-supervisi.pdf), Diakses 12 Februari 2015
Wahab, A. 2012. Teknik-teknik Supervisi Individual, (Online), (http://azriani-daraaceh.blogspot.com/2012/12/teknik-teknik-supervisi-individual.html), Diakses 16 februari 2015


Hariwung. 1989. Supervisi Pendidikan. Jakarta: (penerbit e genok n cara nulis jenenge yokpo?)


http://www.academia.edu/5434798/SUPERVISI_PENDIDIKAN         akses 10 Februari 2015



Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan  2008   Metode Dan Teknik Supervisi Diakses Tanggal 12 Feb 2015





0 komentar:

Posting Komentar