TEKNIK-TEKNIK
SUPERVISI INDIVIDUAL
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Supervisi Pendidikan
yang dibina oleh Ibu Dr. Mustiningsih, M.Pd
Oleh
Ahmad Tohirin
140131603214
Amalia Rosidah
140131604129
Hilda Novia Utomo
140131604109
Isnaini Afrita Sari
140131602306
Widyaning Rahmawati
140131603824
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
JURUSAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Januari 2015
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknik Supervisi
Teknik supervisi
sangat menentukan sukses atau tidaknya pelaksanaan supervisi. Teknik supervisi
inilah yang dipratekkan oleh supervisor di lapangan. Teknik supervisi ini
bersifat rasional-empiris-temporer. Artinya teknik supervisi membutuhkan
pembaharuan, perubahan, dan penyempurnaan secara terus-menerus sesuai dengan
perkembangan yang terjadi. Tidak ada finalisasi teknik karena ia berangkat dari
kajian realitas yang bisa terus dikembangkan. Disinilah peran supervisor untuk
mengembangkan teknik supervisi dengan banyak melakukan kajian, eksperimentasi,
dan generalisasi.
B. Macam-macam Teknik Supervisi Individual
1. Kunjungan Kelas (Class Visit)
Beberapa ahli
menyebutkan pengertian kunjungan kelas sebagai berikut :
a. Menurut
Rifai (1984: 131) kunjungan kelas (observasi kegiatan belajar-mengajar)
merupakan cara pengawasan, pemeriksaan dan inspeksi yang sudah sejak lama
dilakukan, jauh sebelum istilah supervisi digunakan.
b. Menurut
Purwanto (2006: 120) kunjungan kelas ialah kunjungan sewaktu-waktu yang
dilakukan oleh seorang supervisor (Kepala Sekolah, penilik atau pengawas) untuk
melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar.
c.
Menurut Prasojo (2011: 102) kunjungan
kelas adalah teknik pembinaan guru oleh Kepala Sekolah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas, dengan tujuan menolong guru dalam mengatasi masalah di
dalam kelas.
d. Menurut
Sahertian ( 1981: 45) kunjungan kelas adalah seorang Pembina atau Kepala
Sekolah dating ke kelas dimana guru sedang mengajar, ia mengadakan peninjauan
terhadap suasana belajar di kelas itu.
Sebagai alat
supervisi, kunjungan kelas dapat dipakai untuk memenuhi berbagai fungsi
supervisi. Kunjungan dapat kita lakukan dalam rangka; inspeksi, untuk melihat
sampai di mana ketentuan-ketentuan yang telah digariskan dilaksanakan oleh
guru; sebagai penelitian, untuk mengumpulkan data lebih banyak dan obyektif
lagi; sebagai latihan, untuk membina kemampuan dan ketrampilan guru dan sebagai
evaluasi, untuk melihat sampai dimana kemajuan yang telah diperoleh guru.
Jadi
banyak maksud yang dapat kita capai dengan kunjungan kelas, bukan hanya menilai
kemampuan guru mengajar saja atau membuat guru untuk kenaikan pangkatnya saja,
seperti lazimnya kunjungan kelas dilakukan oleh pihak yang belum menyadari fungsi
supervisi.
a.
Tujuan
Kunjungan Kelas
Tujuan
mengadakan kunjungan kelas secara umum adalah untuk melihat bagaimana guru
mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didakis atau metodik yang sesuai.
Dengan kata lain, untuk mellihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya
masih perlu diperbaiki (Purwanto, 2006: 120).
Menurut
Burhanudin dkk (2007: 119), kunjungan kelas juga bertujuan agar pengawas atau
Kepala Sekolah dapat :
1) Mempelajari
kekuatan dan kelemahan pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk pengembangan dan
pembinaan lebih lanjut.
2) Mengidentifikasi
kendala yang dihadapi sewaktu melaksanakan suatu gagasan pembaharuan pengajaran
3) Secara
langsung mengetahui keperluan guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar
mengajar yang efektif
4) Memperoleh
sejumlah informasi untuk menyusun program pembinaan professional secara
terinci.
5) Menumbuhkan
sikap percaya diri guru untuk berbuat dan melaksanakan pembalajaran yang lebih
baik.
Sedangkan
menurut Rifai (1984: 133), tujuan diadakannya kunjungan kelas ialah:
1) Untuk
mengetahui tingkah-laku guru dalam situasi belajar-mengajar dengan
murid-muridnya, bukan saja dilihat dari penerapan prinsip-prinsip PBM (proses
belajar-mengajar), tetapi juga dalam rangka pembandingan dengan guru-guru lain.
Dengan demikian supervisor/Kepala Sekolah dapat mengenal tiap gurunya lebih
baik.
2) Untuk
menemukan kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan bantuan dan peningkatan.
3) Untuk
mendorong guru-guru agar mereka lebih giat berusaha meningkatkan diri.
Kemampuan mengajar dapat di tingkatkan dengan kritik dan pertukaran fikiran.
Kunjungan kelas member banyak kesempatan untuk mengemukakan kritik membangun.
4) Untuk
memperoleh informasi/data yang dapat digunakan dalam penyusunan program
supervisi. Setiap usaha yang direncanakan dulu dan disusun programnya, dapat
lebih berhasil. Usaha supervisi pun jika disusun programnya secara jelas dan
terperinci, dapat lebih efektif dan lebih tinggi hasilnya. Kunjungan kelas
dapat memberikan data untuk menyusun program itu.
5) Untuk
menimbulkan pengertian dan kepercayaan pada guru terhadapa program supervisi.
Dengan sering mendapat kunjungan, para guru akan lebih menyadari fungsi
supervisi sebagai usaha membantu meningkatkan kemampuan mereka.
b.
Jenis-Jenis Kunjungan Kelas
Menurut Rifai
(1984: 134) jenis kunjungan kelas dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1) Kunjungan
kelas yang dipersiapkan terlebih dahulu, yang dapat dibagi lagi menjadi
beberapa sub-jenis:
a) Direncanakan
oleh Kepala Sekolah dan diberitahukan kepada guru yang bersangkutan (yang
dengan sendirinya mempersiapkan diri juga)
b) Direncanakan
oleh guru yang mengundang Kepala Sekolah untuk mengadakan class visit
c) Direncanakan
hanya oleh Kepala Sekolah, tanpa pemberitahuan kepada guru, karena kunjungan
itu akan diadakan dalam rangka inspeksi.
2) Kunjungan
kelas tanpa perencanaan/persiapan, dan mempunyai maksud bermacam-macam, antara
lain:
a) Sebagai
usaha mempererat hubungan antara Kepala Sekolah dengan gurunya. Dengan sering
didatangi, guru menjadi biasa dan tidak akan menganggap kedatangan Kepala
Sekolah ke dalam kelasnya hal yang perlu
dirisaukan.
b) Sebagai
pemeriksaan mendadak berhubungan dengan suatu kasus yang perlu ditangani, atau
berdasarkan instruksi tiba-tiba dari atas.
3) Guru
mengundang Kepala Sekolah atau pengawas untuk mengadakan kunjungan.
Berikut adalah
sisi negative dan positif dari berbagai jenis kunjungan kelas menurut Sahertian
(1981 : 46) yaitu :
1) Kunjungan
tanpa diberitahukan sebelumnya (unannounced visitation)
Segi positif:
Supervisor dapat mengetahui keadaan yang sesungguhnya, sehingga ia dapat
menentukan bantuan apakah yang diperlukan oleh guru tersebut. Bagi guru,
kunjungan secara tiba-tiba merupakan suatu latihan dalam melaksanakan tugas
mengajar, agar setiap guru mempersiapkan diri. Suasana belajar ini berpengaruh
terhadap suasana belajar anak secara wajar pula.
Segi negatif:
Biasanya supervisor yang datang secara tiba-tiba dapat mengakibatkan guru
menjadi bingung karena ia berprasangka bahwa pekerjaannya akan dinilai, juga
bagi guru-guru yang kurang senang dikunjungi akan beranggapan bahwa supervisor
datang untuk kesalahan saja, sehingga mengakibatkan timbulnya hubungan yang
kurang baik antara guru dan supervisor.
2) Kunjungan
dengan pemberitahuan (announced visitation)
Segi positif:
Adanya pembagian waktu yang merata bagi pelaksanaan supervisi terhadap semua
guru yang memerlukannya. Dengan demikian akan tercapai efisiensi kerja dan
meningkatkan proses belajar dan mengajar.
Segi negatif:
Ada kemungkinan pengurangan kesempatan bagi guru-guru yang lebih banyak
membutuhkan supervisi. Keterbatasan waktu yang ditentukan itu menekan guru yang
bersangkutan harus menunggu giliran berikutnya.
Contoh
table kunjungan kelas yang direncanakan oleh pengawas atau penilik :
SEKOLAH
|
Tanggal Kunjungan Sekolah
|
||||
Kelas I
|
Kelas II
|
Kelas III
|
Kelas IV
|
Kelas V
|
|
SD Diponegoro
|
5 April
|
6 April
|
8 April
|
9 April
|
10 April
|
SD Brawijaya
|
18 April
|
19 April
|
20 April
|
21 April
|
22 April
|
SD Majapahit
|
25 April
|
26 April
|
27 April
|
29 April
|
30 April
|
SD Sarangan
|
5 Mei
|
6 Mei
|
8 Mei
|
11 Mei
|
12 Mei
|
Tabel 2.1 Kunjungan Kelas
3) Kunjungan
atas dasar undangan guru (visit upon invitation)
Segi positif:
Supervisor dapat memperoleh pengalaman belajar mengajar yang mungkin ia sendiri
belum memilikinya. Bagi guru, sudah tentu akan memperoleh pertolongan yang
lebih banyak sehingga dengan demikian ia dapat menilai cara mengajarnya
sendiri. Demiian pula terhadap guru yang kurang mampu, akan memperoleh tambahan
pengalaman jabatan sebanyak mungkin sehingga memungkinkan tercapainya hubungan
yang harmonis antara guru dan supervisor.
Segi negatif:
Ada kemungkinan terjadi manipulasi tingkah laku dari pihak guru-guru dengan
membuat suasana yang dibuat-buat, misalnya pada saat itu segala sesuatu di
dalan kelas dipersiapkan sebaik-baiknya, padahal dilain waktu keadaan tidak
seperti pada saat dikunjunginya. Ketidakwajaran ini menimbulkan kesukaran untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya. Situasi demikian memungkinkan pengaruh
negatif terhadap suasana belajar murid-murid.
c.
Kriteria Kunjungan Kelas
Menurut Prasojo
(2011: 103) dan Burhanudin, dkk (2007:120), kunjungan kelas menggunakan enam
kriteria, yaitu:
1) Memiliki
tujuan-tujuan tertentu yang jelas, yang dipahami baik oleh Pembina maupun guru.
2) Mampu
mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
professional guru.
3) Menggunakan
lembar pengamatan yang aspek-aspeknya disesuaikan dengan tujuan pembinaan.
4) Mendorong
interaksi antara Pembina dengan yang dibina sehingga terbentuk sikap saling
mengenal dan memahami keinginan, kemampuan permasalahan masing-masing.
5) Memperbaiki
kualitas proses belajar mengajar dengan tidak menggangu kegiatan pembelajaran.
6) Pelaksanaannya
diikut dengan program tindak lanjut.
d.
Tujuan Kunjungan Kelas (Intervisitation)
1)
Untuk mengetahui praktek
pelaksanaan dan penampilan guru masing-masing, dengan mengingat prinsip prinsip
edukatif dan didaktis.
2)
Untuk mengetahui kelebihan
dan kemampuan khusus yang dimiliki guru masing-masing.
3)
Untuk mengetahui kebutuhan
kebutuhan para guru.
4)
Untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlukan oleh supervisor dalam penyusunan rencana
supervisinya.
5)
Untuk mendorong dan
merangsang guru-guru agar mereka mau berusaha bekerja lebih baik dan
meningkatkan kemampuannya.
6)
Untuk mengetahui sampai
dimana para guru telah berusaha menerapkan saran saran yang telah diberikan.
7)
Untuk menimbulkan sikap
percaya pada para guru terhadap maksud kunjungan kelas dan terhadap tujuan
tujuan supervisi.
8)
Untuk menimbulkan rasa
persatuan dan kesatuan di antara para guru.
9)
Untuk memperoleh data yang
diperlukan bagi tindakan tindakan administratif.
e.
Penghambat Pelaksanaan Kunjungan Kelas
Ada
beberapa faktor penghambat yang menyebabkan tidak terlaksananya kunjungan kelas
itu secara teratur seperti yang diharapkan. Beberapa di antara faktor faktor
penghambat itu adalah sebagai berikut:
1)
Lingkungan yang tidak
bersifat mendukung terhadap kepala sekolah yang banyak menggunakan waktunya
untuk kunungn kelas.
2)
Sikap para guru yang kurang
menyenangi kepala sekolah yang terlalu banyak “mencampuri urusan pribadi guru”.
3)
Kurangnya waktu kunjungan
kepala sekolah karena kesibukan tugas tugas administratif.
f.
Proses Kunjungan Kelas
Daryanto (2001) dalam blog Dewi mengemukakan bahwa dalam
mengadakan kunjungan kelas itu kita hendaknya bekerja menurut proses yang
teratur, yaitu:
1) Perencanaan
Kegiatan perencanaan dilakukan bersama-sama secara
demokratis oleh Kepala Sekolah dengan guru ke;as yang akan dikunjungi,
berdasarkan kesulitan-kesulitan yang telah dialami bersama, apa yang akan di
observasi serta kapan waktu yang sebaik-baiknya.
2) Pelaksanaan
Observasi dilakukan se-informal mungkin dengan selalu
memperhatikan prestise guru dalam kelasnya, tidak menonjolkan diri, tidak
banyak interupsi, dan hanya memberikan demokrasi jika diminta.
3) Penganalisisan
Kegiatan ini dilakukan sesudah observasi. Observasi
bersama-sama oleh Kepala Sekolah dan guru yang diobservasi, ditempat yang aman
dan tentram, untuk membicarakan hasil-hasil observasi itu dan mencari segi-segi
kelebihan dan kekurangannya.
4) Kesimpulan dan Penilaian
Kesimpulan sebagai penilaian terakhir dilakukan juga secara
kooperatif, dengan disadari dan disetujui sepenuhnya oleh yang bersangkutan dan
tidak boleh merupakan pendapat pihak lain. Berdasarkan kesimpulan bersama itu
dicarilah bersama pula cara-cara untuk mengadakan perbaikan. Kepala Sekolah
mengemukakan saran-saran, bukan instruksi-instruksi. Yang penting dalam kegiatan
class-visit ini ialah sikap Kepala
Sekolah pada waktu mengadakan observasi, dan sikapnya pada waktu berhadapan
dengan guru tersebut setelah observasi selesai.
Sikap dalam musyawarah atau personel conference
inilah yang akan menentukan hubungan selanjutnya sebagai supervisor dengan
anggota kelompoknya. Dalam pertemuan ini pimpinan hendaknya jangan bersiakp
seperti seorang hakim atau jaksa yang mengadili atau menuduh, akan tetapi
merupakan seorang teman yang mempunyai penuh perhatian dan pengertian terhadap
kesulitan-kesulitan temannya.
2.
Observasi
Kelas (Class Room Observation)
Obsevasi adalah salah satu cara mengumpulkan data
dalam metodologi penelitian. Observasi kelas adalah pengamatan langsung
terhadap proses belajar mengajar yang sedang berlangsung di kelas. Observasi kelas bisa dilakukan saat
kunjungan kelas.
a. Jenis
Observasi
1) Observasi
langsung (directed observation)
a) Seorang
guru yang sedang mengajar diobservasi langsung oleh supervisor.
b) Ia
berada di antara dan bersama-sama dalam kelas.
2) Observasi
tidak langsung (indirect observation)
Orang yang
mengobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya.
b. Bentuk
peran observasi
1) Participant observation :
jika peniliti terlibat secara langsung dalam kegiatan sehari-hari yang diamati.
2) Non Participant observation
: jika peneliti tidak beperan serta dengan aktivitas orang-orang yangs edang
diamati, ia hanya sebagai pengamat independen.
c. Tujuan
Observasi
1) Untuk
memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat
digunakan untuk menganalisis kesulitan yang dihadapi guru dalam usaha
memperbaiki situasi belajar mengajar
2) Bagi
guru sendiri data yang dianalisa akan dapat membantu untuk merubah cara-cara
mengajar ke arah yang lebih baik.
3) Bagi
murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan
belajar mereka.
d. Hal-hal
yang perlu diobservasi
Sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai maka supervisor harus mengetahui dengan jelas
apa yang harus diobservasi. Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain:
1) Usaha
seta kegiatan guru dan murid.
2) Usaha
dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan
alat pelajaran.
3) Usaha
dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalaman belajar.
4) Lingkungan
sosial, fisik sekolah baik di dalam maupun di luar kelas dan faktor penunjang
lainnya.
e. Syarat
untuk memperoleh data dalam observasi
Bergantung dari sikap
dan cara si pengamat sewaktu mengadakan observasi, antara lain:
1) Menciptakan
situasi yang wajar (cara masuk kelas) mengambil tempat di dalam kelas yang
tidak menjadi pusat perhatian anak-anak, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap waktu mencatat tidak akan
menimbulkan prasangka dari pihak guru.
2) Harus
dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
3) Bukan
melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
4) Memperhatikan
kegiatan atau reaksi murid-murid saat proses belajar.
f. Kriteria
yang dipakai dalam observasi
1) Bersifat
objektif bahwa segala sesuatu yang dicatat adalah data yang sebenarnya tanpa
ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
2) Apa
yang dicatat harus dapat mengenai sasaran seperti apa yang dimaksud, karena
sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang dilihatnya
tetapi apa yang dipikirkan. Data yang seperti itu menjadi data yang tidak valid
(tidak tepat).
3) Data
yang dicatat haruslah data yang dilihat karena data dari catatan itu akan
“berkata” dan memberikan kecenderungan tafsiran terhadap situasi belajar dan
mengajar.
g. Alat
yang digunakan dalam observasi
Observasi
memiliki beberapa alat yang digunakan untuk memperoleh data tentang situasi
belajar mengajar. Alat observasi tersebut terdiri dari beberapa komponen
seperti.
1) Check-List
Menurut
Sahertian (2008: 58), check-list
adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam melengkapi keterangan-keterangan
yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar di dalam kelas. Check-list berupa suatu daftar yang
berisi item-item yang sudah
dipersiapkan terlebih dahulu, dan si penjawab hanya tinggal mengecek tiap item tersebut.
Check-list
dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
· Evaluative
Check-list adalah suatu daftar yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan merupakan
standar beserta skala penilainnya. Contoh : pertanyaan tentang keaktifan antara
guru dan siswa, perhatian siswa waktu guru memberikan pelajaran. Susunan Evaluative Check-list ini dapat berupa pertanyaan yang dijawab dengan kata
“ya” atau “tidak”.
· Activity Check-list
adalah suatu daftar kegiatan yang dijawab oleh si penjawab dengan cara
mengecek. Daftar tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan
yang biasanya dicek dengan memakai skala “ya atau “tidak”.
Tujuan dari check-list ini adalah agar guru dapat
menilai dirinya sendiri dalam hal:
Ø Mengenal
prosedur pengembangan sistem instruksional
(PPSI).
Ø Menerapkan
PPSI melalui model satuan belajar.
Ø Melihat
dengan jelas komponen-komponen dalam sistem belajar mengajar.
2) Factual
Record
Menurut
Sahertian (2008: 68) factual record
adalah suatu catatan yang didasarkan pada kenyataan yang ada. Catatan-catatan
itu hanya bersifat melengkapi sebagian dari apa yang telah dilakukan dalam
observasi. factual record juga dapat
dibedakan menjadi 2 macam yaitu.
· Attention chart :
suatu daftar yang berbentuk gambar atau kode-kode untuk mencatat status siswa
yang memperhatikan apa yang diajarkan guru. Perhatian itu dapat diukur dari
partisipasinya dalam mengajukan pertanyaan.
· Participation chart
: suatu daftar yang digunakan untuk mencatat partispasi siswa di dalam kelas.
Dnegan daftar tersebut kita dapat melihat dan menyelidiki reaksi-reaksi siswa,
seperti berapa kali seoramg siswa berpartisipasi dengan teman-temannya, ia diam
atau aktif, dan sebagainya.
3.
Percakapan
Pribadi (Individual Conference)
a.
Konsep
Dasar Percakapan Pribadi
Percakapan
pribadi atau Individual conference
antara seorang supervisor dengan seorang guru atau antara kepala sekolah dengan
guru. Dalam percakapan itu, keduanya berusaha berjumpa dalam pengertian tentang
mengajar yang baik serta bertukar pikiran. Yang dipercakapkan adalah
usaha-usaha untuk memecahakan problema yang dihadapi oleh guru. Pertemuan
tersebut biasanya bersifat informal, dan berlangsung dalam waktu yang cukup
memadai supaya pengumpulan informasi lebih lengkap dan rinci, pertemuan ini
dapat dilakukan sebelum atau sesudah kunjungan kelas. Dengan situasi seperti
ini, guru dan pembinanya mungkin menyadari bahwa perbaikan pengajaran merupakan
tanggung jawab bersama sehingga memungkinkan terwujudnya iklim kondusif untuk
bersama-sama menggali dan menemukan masalah dan cara pemecahanya. Beberapa kemungkinan
pertemuan yang mungkin terjadi, adanya pertemuan pribadi yang dilakukan sebelum
kunjungan kelas dilakukan hal ini dimaksudkan untuk membicarakan aspek-aspek
kegiatan pembelajaran yang menjadi pusat pengamatan, kedua jika pelaksanaan
dilakukan setelah kunjungan pribadi , hal ini untuk menganalisis aspek kekuatan
dan kelemahan pembelajaran. Informasi yang disampaikan supervisor merupakan
umpan balik bagi guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kegiatan
belajar siswa. Ada beberapa guru sendiri yang ingin melakukan individual conference untuk
berkonsultasi masalah KBM( Kegiatan Belajar Mengajar).
Adam
dan Dickey(1981: 70) mengatakan “bahwa salah satu alat yang penting dalam
supervisi adalah individual-conference
sebab dalam individual conference
seorang supervisor dapat bekerja secara individual dengan guru dalam memecahkan
masalah pribadi yang berhubungan dengan jabatan mengajar (personal and professional problems)misalnya : Pemilihan dan
pemakaian alat-alat pelajaran tentang penentuan dan penggunaan metode mengajar
dan sebagainya dalam percakapan pribadi”. Kegiatan supervisi ini hendaknya
dilakukan oleh supervisor yang memiliki tingkat kompetensi yang tinggi.
b.
Tujuan
Percakapan Pribadi
1) Terutama
sekali untuk memberikan kemungkinann pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi
2) Memupuk
dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
3) Memperbaiki
kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh seorang
guru dalam melaksanakan tugasnya disekolah.
4) Menghilangkan
dan menghindari segala prasangka yang bukan-bukan.
c.
Jenis-jenis
Percakapan Pribadi
Jenis-jenis percakapan
pribadi menurut George Kyte ada dua jenis percakpan melalui kunjungan kelas:
1) Percakapan pribadi
setelah kunjungan kelas(formal) maksudnya setelah supervisor mengadakan
kunjungan kelas, sewaktu guru mengadakan tugas mengajar,dimana supervisor
membuat catatan-catatan tentang segenap aktivitas guru dalam mengajar. Kemudian
ataas permufakatan bersama-sama akan mengadakan individual conference, untuk membicarakan hasil kunjungan tersebut.
2) Percakapan pribadi
melalui percakpaan biasa sehari-hari (Informal). Dalam percakapan atau ramah
tamah sehari-hari dikemukakan sesuatu problema kepada supervisor atau
sebaliknya. Misalnya, sebelum sekolah mulai,
sebelum mengajar, waktu istirahat
atau sesudah mengajar. Dalam hal ini, supervisor secara tak langsung mengemukakan
atau menanyakan sesuatu yang berhubungan dengan pengajaran yang dibina oleh
guru yang bersangkutan. Ada juga pembagian yang lain sperti yang dikemukakan
oleh Mildred E. Swearingen:
a)
Classroom Conference yaitu percakapan pada saat murid-murid
tidak ada di kelas, misalnya pada waktu murid-murid beristirahat atau mereka
sudah pulang, jadi pelaksanaanya dalam kelas.
b) Office Conference yaitu percakapan yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, dimana lingkungan phisiknya penuh dengan
alat-alat pelajaran yang cukup. Misalnya ada gambar-gambar untuk menjelaskan sesuatu,
data hasil penyelidikan dan lain-lain. Dalam ruang itu terdapat suasana yang
tenang dan menyenangkan (privacy)
c)
Causal Conference yaitu percakapan yang dilaksanakan
secara kebetulan, yang tidak diharapkan misalnya supervisor kebetulan bertemu
dengan seorang guru yang baru selesai mengajar sambil berjalan, guru
mengemukakan suatu problema yang dialami dan terjadilah percakapan sambil
mereka berjalan menuju ke ruang kepala sekolah.
Contoh yang lain: sambil berjalan pulang kerumah,
supervisor bersama-sama guru bercakpa-cakap tentang suatu problema yang
dihadapi guru. Sering, pembicaraan itu begitu serius, sehingga percakapan itu
terjadi sepanjang jalan dan tidak selesai. Sering percakapan itu bermanfaat dan
memebawa kepuasan bagi guru(bandingkan dengan pembagian kyte), Swearingen
menyebut percakapan pribadi setelah perkunjungan itu dengan istilah observational visit.
d)
Observational
Visitation yaitu seorang supervisor mengunjungi
kelas dimana guru sedang mengajar.dalam perkunjungan, ia mengobservasi kegitan-kegiatan
kelas selama pelajaran berlangsung. Hasil observasi itu kemudian dibicarakan
bersama-sama guru yang bersangkutan.
d.
Pelaksanaan
Percakapan Pribadi
Yang
dipentingkan dalam percakapan tersebut adalah perbaikan pengajaran seperti
telah dikatakan di dalam persiapan bahwa supervisor harius membuat catatan
dalam obrolan observasi. Karena langkah pertama percakapan pribadi adalah
membicarakan tentang segala sesuatu yang penting dalam catatan tersebut. Sudah
barang tentu bahan-bahan observasi itu harus dimulai dengan analisa supervisor
lebih dahulu sebelum percakapan dimulai. Dalam hubungan ini kyte mengemukakan
tiga unsur penting yang diperhitungkan supervisor sehingga terjadi suatu
perjumpaan yang bermakna dalam menganalisa pengajaran yang telah diobservasi
ketiga unsur itu oleh kyte disebut:
1) Hal-hal
yang menonjol dalam pelajaran(Strong of
the lesson).
Membicarakan ataua
mengemukakan segala aapa yang dilaksanakan guru dengan baik, sewaktu mengajar
di kelas jadi supervisor bersifat konstruktif dalam mengemukakan segi-segi
positif dari guruitu. Hal ini perlu, sebeb mempunyai pengaruh yang besar sekali
terutama untuk menciptakan suasana percakapan yang dikehendaki; guru akan
merasa bangga ,merasa diakui dan dihargai. Dan pengaruh selanjutnya akan timbul
usaha kea rah ynag lebih baik.
2) Kekurangan-kekurangan
dari pelajaran (Weak points of the
lesson).
Membicarakan tentang
segala kelemahan guru dalam mengajar dikelasnya. Dalam hal ini sangat
diharapkan sikap creative tentang cara bagaimana supervisor mendekati masalah
yang dihadapi guru, tanpa mengemukakan kelemahan-kelemahan guru tersebut, tapi
sebaiknya secara bersama-sama menyelidiki bagaimana seharusnya memeperbaiki.
3) Hal-hal
yang masih meragukan(Doubtful points not
clearly understood).
Membicarakan sesuatu
yang masih keragu-raguan atau kurang dimengerti dengan baik oleh guru maupun
supervisor. Saat ini sering pula pendekatan yang sehat dan bermanfaat membangun.
Hal ini mempunyai pengaruh positif bagi guru maupun supervisor. Secara langsung
dilatih oleh supervisor dalam menyatukan dan mempertahankan pendapatnya serta
menghilangkan rasa takut, tidak bebas, dan sebagainya.
4.
Kunjungan
Antar Kelas
Menurut Sahertian (1981, 76) menjelaskan arti dari Intervisitation ialah saling mengunjungi
antara rekan guru yang satu kepada yang lain yang sedang mengajar.
Kunjungan antar kelas (Intervisitation) dalam
satu sekolah atau kunjungan antar sekolah sejenis merupakan suatu kegiatan yang
terutama saling menukarkan pengalaman sesama guru tentang usaha perbaikan dalam
proses belajar mengajar. Teknik ini biasanya dilakukan oleh
sekolah-sekolah/guru-guru yang masih kurang maju dengan menyuruh beberapa orang
untuk mengunjungi sekolah-sekolah/guru-guru yang ternama dan maju dalam
pengelolaannya untuk mengetahui kiat-kiat yang telah diambil sampai sekolah
tersebut maju.
Tujuan dari kegiatan ini ialah untuk belajar atas keunggulan
dan kelebihan berdasarkan pengalaman masing-masing dan untuk memperbaiki
standarnya dengan prinsip ingin menjadi yang lebih baik. Teknik ini hampir sama
dengan demonstrasi dan observasi. Bedanya terletak pada tujuan.
Pada “demonstrasi” dengan sengaja memberi contoh untuk dipelajari.
Sedang pada “intervisitation” guru yang mengajar tidak sengaja
merencanakan maksud observasi. Tetapi hal itu terjadi secara wajar dan biasa.
Biasanya “intervisitation” diikuti dengan berbincang-bincang dan saling
menukar pengalaman.
Menurut Sahertian, Nilai visitasi bertambah
jika diikuti dengan musyawarah, antara pengunjung dan yang dikunjungi untuk
mendiskusikan, menganalisis prosedur teknik yang baru dilihat. Dalam diskusi
itu ada kemungkinan timbul Tanya jawab terhadap masalah-masalah yang kurang
jelas. Dengan demikian masing-masing merasa ada perubahan dan mengalami pertumbuhan.
a.
Kebaikan-kebaikan kunjungan kelas (intervisitation)
Adapun
kebaikan-kebaikan dalam intervisitation, yaitu:
1)
Memberi
kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran.
2)
Membantu guru-guru
yang ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan tentang teknik dan metode mengajar
serta berguna bagi guru-guru yang menghadapi kesulitan tertentu dalam mengajar.
3)
Memberi motivasi
yang terarah terhadap aktivitas mengajar.
4)
Sifat bawahan
terhadap pemimpin seperti halnya supervisor dan guru tidak ada sama sekali,
sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian
sesuatu persoalan yang bersifat musyawarah.
b.
Jenis-Jenis Kunjungan Kelas
1) Supervisor
mengarahkan dan menyarankan kepada guru untuk melihat rekan-rekan guru yang
lain mengajar. Guru yang ditunjuk adalah guru yang memiliki keterampilan dan
keahlian dalam mengajar.
2) Kepala
sekolah mengajukan agar guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau
sekolah lain.
c.
Prinsip-prinsip Intervisitation
Menurut Hariwung (1989: 152), menyebutkan beberapa
prinsip kunjungan kelas, yaitu:
1) Pemilihan obyek yang dikunjungi dapat memperkaya
pengalaman tentang proses belajar-mengajar.
2) Kunjungan harus berencana dan sistematis
3) Hubungan kerjasama dan koordinasi antara pihak-pihak
yang terlibat didalamnya harus diciptakan dengan sebaik-baiknya.
4) Terdapat guru atau guru-guru yang berkeinginan untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya.
5.
Menilai
Diri Sendiri
Menilai
diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan.
Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru
(Sutton, 1989). Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif
kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru
mempelajari metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid (House, 1973). Semua
ini akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya (DeRoche,
1985; Daresh, 1989; Synder & Anderson, 1986). Menilai diri sendiri merupakan
tugas yang tidak mudah bagi guru, karena suatu pengukuran terbalik karena
selama ini guru hanya menilai murid-muridnya. Ada beberapa cara atau alat yang
dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain sebagai berikut:
a. Suatu
daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk
menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk
pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut
nama.
b. Menganalisa
tes-tes terhadap unit kerja.
c. Mencatat
aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara
perorangan maupun secara kelompok.
Menilai diri sendiri memang
cenderung subjektif, namun bisa membawa kesadaran pribadi yang kuat. Kesadaran
pribadi inilah target dari penilaian terhadap diri sendiri. Kesadaran ini akan
membangkitkan semangat berkarier dan berprestasi lebih tinggi untuk
meningkatkan kualitas diri dan anak didik.
a.
Prinsip-Prinsip
1) Harus
ada kepastian tentang kesempatan dan situasi yang mendorong individu untuk mengadakan
perbaikan.
2) Evaluasi
dan perbaikan pada dasarnya bertolak dari diri sendiri.
b.
Tujuan
1) Menumbuhkan
keberanian dan kepercayaan pada diri sendiri untuk memikul tanggung jawab
secara mandiri (built in control)
dalam tugas dan perbaikannya.
2) menuntut,
bahwa guru secara individual sudah memiliki kesadaran profesional tinggi. Ini
berarti, bahwa ia sudah memiliki keberanian untuk mengakui adanya
kelemahan-kelemahan pribadi yang harus di atasi.
3) Agar
guru memiliki pandangan luas tentang kemampuannya yang memungkinkannya
mengukur, menganalisis dan mengevaluasi secara obyektif tugas-tugasnya serta
berusaha menemukan pemecahannya, baik atas prakarsa sendiri maupun dengan
bantuan supervisor.
c.
Penjelasan
Pada satu sisi,
mengadakan evaluasi terhadap diri sendiri amat sukar. Namun pada sisi lain,
dalam kehidupan sehari-hari, secara sadar ataupun tidak, seseorang melakukan
penilaian terhadap dirinya sendiri. Seseorang yang sedang berpakaian, menilai
kepantasan pakaian yang akan dipakainya. Penilaian terhadap diri sendiri
bertolak dari kewajaran yang didorong oleh kebutuhan untuk berharga dan terus
maju sebagai bagian terdalam dari kepribadian manusia. Konsep tantang diri
sendiri (self concept) memegang
peranan penting. Sebaliknya, ada saatnya orang tidak menyukai penilaian orang
lain terhadap dirinya.
Apabila
penilaian terhadap diri sendiri diadakan berdasarkan tuntutan dari luar dan
dilakukan secara sistematis, maka seseorang akan menjumpai kesukaran-kesukaran.
Hasilnya mungkin tidak obyektif lagi. Karena itu, terdapat kemungkinan orang
berpendapat bahwa penilaian diri sendiri tidak akan disetujui. Keberatan
seperti dimaksud dapat difahami. Namun harus pula diterima kenyataan, bahwa
pada dasarnya evaluasi oleh orang lain memiliki segi-segi kelemahan, yang tidak
menjamin obyektivitasnya, dan pada akhirnya untuk menentukan pelaksanaan hasil
penilaian dikembalikan kepada subyek yang dinilai. Dalam hubungan ini dikatakan
oleh Raymond H. Harrison dalam bukunya “Supervisory
Leadership in Education” sebagai berikut: “…evaluasi diri sendiri adalah
suatu bagian yang sangat perlu dari evaluasi yang efektif, dengan tujuan
utamanya adalah perbaikan secara langsung terhadap pengajaran.” (20:269)
Untuk itu supervisor
perlu memberikan dorongan dan kesempatan kepada guru-guru supaya mereka
memiliki keberanian mengadakan evaluasi terhadap pekerjaannya sendiri.
Supervisor dapat membantu dalam penyusunan instrumen yang dibutuhkan atau
memperlengkapinya dengan instrumen yang tersedia.
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
C. Saran
DAFTAR
RUJUKAN
Achmad,
S. 2010. (Online), (http://saidsuhilachmad.yolasite.com/resources/Profesi_Kependidikan/Kegiatan%207_Genap11.pdf), Diakses 13 Februari 2015
Asmani,
J.M. 20. Tips Efektif Supervisi
Pendidikan Sekolah.
Burhanuddin,
dkk. 2007. Supervisi Pendidikan Dan
Pengajaran. Malang: FIP UM.
Maryono.
2011. Dasar-dasar & Teknik Menjadi
Supervisor Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pamikat, L.
2014. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan,
(Online), (https://nenglyla.wordpress.com/tag/teknik/), Diakses
20 Februari 2015.
Purwanto,
N. 2006. Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdyakarya.
Prasojo
& Sudiyono. 2011. Supervisi
Pendidikan. Yogyakarta: Gava Media.
Rifai,
M. 1984. Administrasi Pendidikan.
Bandung: Jemmars.
Sahertian,
P.A. 1981. Prinsip dan Teknik Supervisi
Pendidikan. Surabaya: Usana Offset Printing.
Sasnito,
T. 2008. Metode dan Teknik Supervisi, (Online), (https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com/2010/06/06-kode-02-b1-a-metode-dan-teknik-supervisi.pdf),
Diakses 12 Februari 2015
Wahab, A. 2012. Teknik-teknik
Supervisi Individual, (Online), (http://azriani-daraaceh.blogspot.com/2012/12/teknik-teknik-supervisi-individual.html), Diakses 16 februari 2015
Widiasari,
D. 2011. Kunjungan Kelas, (Online), (http://desiwidiasari.blogspot.com/2011/05/kunjungan-kelas.html),
Diakses 10 Februari 2015
Hariwung. 1989. Supervisi Pendidikan. Jakarta: (penerbit
e genok n cara nulis jenenge yokpo?)
Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan 2008 Metode Dan Teknik Supervisi Diakses Tanggal
12 Feb 2015
0 komentar:
Posting Komentar